Krisis Gaza dan Ketakutan Global atas Kembalinya Kepemimpinan Islam!

OTANAHANEWS.COM – Agresi militer Israel di Jalur Gaza kembali meningkat tajam, ditandai dengan pernyataan terbaru Netanyahu dan pengerahan pasukan besar-besaran.

“Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa serangan terbaru di Jalur Gaza akan menjadi operasi militer besar-besaran dengan target utama menumpas Hamas, meskipun ia tidak menjelaskan secara rinci sejauh mana wilayah Gaza akan diduduki dalam serangan tersebut,” (aljazeera.com, 2025/5/5).

Militer Israel mengerahkan puluhan ribu pasukan cadangan guna memperluas serangan di Gaza, sementara sejumlah menteri menyerukan pencaplokan penuh atas wilayah tersebut serta memperketat blokade dengan menggandakan pemotongan distribusi pangan. (aljazeera.com, 5 mei 2025)

Netanyahu kembali menegaskan arah agresi Zionis bukan sekadar menumpas Hamas, tetapi mengosongkan Gaza dari rakyat Palestina. Serangan militer diperluas dengan skenario pendudukan penuh, diiringi pengusiran warga sipil atas nama “perlindungan.” Di balik dalih keamanan, tersimpan agenda penghapusan eksistensi Palestina melalui kontrol total wilayah dan bantuan.

Gema Perlawanan Umat Islam di Panggung Internasional dikutip dari SindoNews.com, 28 April 2025 – Konferensi tahunan “Pelopor” ke-14 yang diselenggarakan oleh Koalisi Global digelar di Istanbul, Turki, pada 26 April 2025, dengan mengangkat tema “Kemenangan Gaza adalah Tanggung Jawab Umat,”

Acara ini menjadi ajang pertemuan puluhan tokoh dari sekitar 60 negara mulai dari ulama, aktivis, intelektual, hingga perwakilan media dan lembaga sosial. Hadir pula para tokoh perlawanan, mantan tahanan, dan pemimpin gerakan rakyat. Selama dua hari, konferensi ini diisi dengan berbagai sesi diskusi, lokakarya, dan pameran seni-budaya yang menyoroti penderitaan rakyat Gaza dan meneguhkan bahwa isu Palestina adalah isu umat Islam secara keseluruhan.

Aksi bela Palestina dan konferensi-konferensi tentang Gaza yang makin ramai di berbagai negara menunjukkan bahwa umat Islam tidak hanya marah, tapi juga mulai sadar bahwa penderitaan Palestina tidak bisa diselesaikan dengan hanya demo atau doa apalagi mengandalkan solusi dua negara yang di serukan oleh negara-negara Barat. Mereka mulai menyerukan pengiriman tentara dan penegakan Khilafah, karena mereka merasa hanya dengan kekuatan nyata dan kepemimpinan Islam yang menyatukan umat, penjajahan bisa dihentikan. Ini membuat Barat takut, karena Khilafah berarti umat Islam bisa lepas dari pengaruh dan kendali mereka.

Barat sesungguhnya tidak buta terhadap apa yang sedang terjadi. Mereka paham bahwa krisis Gaza bukan hanya membangkitkan solidaritas kemanusiaan, tetapi juga menyulut kesadaran ideologis umat Islam akan urgensi menegakkan Khilafah. Selama ini, tragedi di dunia Islam sering direspons secara emosional dan lokal, namun Gaza menghadirkan sesuatu yang berbeda, ia menggugah umat untuk berpikir strategis. Kesadaran pun tumbuh bahwa selama tidak ada satu institusi pemersatu yang memimpin dan melindungi umat, tragedi akan terus berulang.

Ketakutan Barat pun menemukan dasarnya, proyek-proyek besar mereka seperti sekularisasi, kontrol media, sistem pendidikan yang menjauhkan umat dari sejarah Islam, hingga stigmatisasi terhadap Khilafah dan jihad, mulai goyah di tengah arus kebangkitan ini. Gaza telah menjadi pemicu yang mengguncang narasi dominan tentang tatanan dunia liberal yang selama ini mereka banggakan.

Bagi Barat, krisis Gaza adalah mimpi buruk ideologis yang mengancam langsung pondasi peradaban mereka. Ketika umat mulai meragukan sistem demokrasi dan kapitalisme, serta menyerukan kembali hukum Allah sebagai solusi global, maka Khilafah bukan lagi dianggap sebagai bayang-bayang masa lalu, tetapi sebagai ancaman nyata. Sebaliknya, bagi umat Islam sendiri, Gaza telah menjadi titik balik dari penderitaan itu, tumbuh kesadaran secara kolektif untuk kembali pada jati diri sebagai satu umat dengan satu akidah dan satu kepemimpinan. Maka tak berlebihan jika dikatakan, krisis Gaza adalah lonceng kematian bagi peradaban Barat sekaligus fajar kebangkitan Khilafah yang mulai menyingsing dari ufuk sejarah.

Meski tegaknya Khilafah adalah keniscayaan sejarah yang telah dijanjikan oleh Rasulullah Saw. namun hal itu tidak berarti akan terjadi secara otomatis tanpa perjuangan. Justru di sinilah letak tanggung jawab besar kaum muslimin terkhusus para pengemban peradaban Islam hari ini. Mereka harus lebih masif dalam menggencarkan dakwah penegakan Khilafah ke seluruh lapisan masyarakat, tidak terbatas pada kalangan tertentu. Dakwah ini bukan sekadar menyampaikan hukum, tetapi membangun kesadaran politik umat bahwa Khilafah adalah solusi nyata atas penderitaan yang menimpa mereka, termasuk tragedi Gaza.

Opini umum tentang Khilafah harus ditegakkan di atas kesadaran umum, bukan sekadar emosi sesaat atau reaksi terhadap konflik. Karena hanya dengan terciptanya opini yang kokoh dan menyeluruh, umat akan benar-benar siap menyambut dan mewujudkan kembali sistem Islam yang diridhai Allah ini.

Strategi Dakwah Ideologis di Tengah Kegoncangan Dunia di tengah dunia yang makin kacau dan umat Islam yang terus di sakiti dan di bantai seperti yang terjadi di Gaza kita tidak bisa hanya marah atau bersedih. Kita butuh solusi nyata dan besar. Islam sudah punya solusi itu, namanya Khilafah. Khilafah adalah sistem kepemimpinan yang akan menyatukan umat Islam di seluruh dunia, menjalankan hukum Allah secara menyeluruh, dan benar-benar melindungi kaum Muslimin dari serangan musuh.

Tapi, untuk menegakkan Khilafah, tidak bisa asal-asalan. Tidak bisa cuma dengan teriak-teriak atau emosi. Harus pakai cara yang benar, yaitu dakwah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw. Dakwah itu bukan pakai kekerasan, tapi pakai pemikiran yang membangun kesadaran umat, agar umat paham bahwa Khilafah itu kewajiban dari Allah, dan mereka siap mendukungnya secara sadar dan serius. Kalau kesadaran ini tumbuh luas, maka akan lahir opini umum di tengah masyarakat. Dan dari sana, lahirlah perubahan besar yang hakiki, yaitu dibaiatnya seorang pemimpin/khalifah yang memimpin umat Islam dengan Islam.

Ini bukan omong kosong. Faktanya, hari ini saja, para pemimpin Zionis dan negara adidaya seperti Amerika sangat takut jika Khilafah kembali tegak. Mereka tahu Khilafah akan menghentikan semua kejahatan mereka. Tapi justru karena itu, kita sebagai umat Islam harus makin yakin dan semangat untuk terus berdakwah. Karena ini bukan mimpi kosong, tapi janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah Saw.
“Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya,” (QS Al-Anfal [8]: 49) tapi lihatlah, justru Allah menolong agama-Nya dan memuliakan pemeluknya.

Begitu juga hari ini. Ucapan meremehkan itu akan jadi bencana bagi mereka, dan Khilafah akan kembali tegak dengan izin Allah.

“Kemudian akan ada Khilafah yang berjalan di atas manhaj kenabian,” (HR. Ahmad).

Maka, mari kita terus berdakwah dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Bangun kesadaran umat, sampaikan kebenaran, dan jangan pernah lelah. Karena jalan dakwah ini akan berujung pada kemenangan besar umat Islam, yaitu tegaknya Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Wallahu’alam bishawab. Penulis: Riska Indriani Malinta (Aktivis Mahasiswa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *