Eks Ajudan Thariq Kritik Video “Bupati Melapor”, Nilai Cuma Gaya-Gayaan Tanpa Dampak Nyata

OtanahaNews.com,Gorontalo Utara-Video “Bupati Melapor” yang sering diunggah di akun Facebook resmi Bupati Gorontalo Utara, Thariq Modanggu, mendapat sorotan kritis dari aktivis sosial dan pengamat kebijakan publik, Mohamad Safitra Rahim (MSR), yang juga merupakan mantan ajudan Thariq.

Dalam komentarnya saat di wawancarai pada hari minggu (20/07/25), Safitra menilai bahwa serial video tersebut lebih mengedepankan pencitraan ketimbang menyampaikan substansi pemerintahan yang berdampak langsung bagi masyarakat.

“Ini bukan hanya soal bupati melaporkan sesuatu. Namun, saat hal-hal administratif diubah menjadi konten dengan kesan seakan-akan ada kerja keras, muncullah pertanyaan: apakah isinya benar-benar substansial atau sekadar gaya-gayaan di sosial media? ” kritik MSR.

Dia percaya bahwa saat ini, masyarakat memerlukan bukti kerja yang nyata, bukan hanya dokumentasi aktivitas yang disertai narasi yang tidak jelas seperti.

“Bupati Melapor”. Dia menyoroti satu episode, yaitu “Bupati Melapor #17”, yang menginformasikan bahwa Bupati baru mulai menjabat 26 hari setelah pelantikan baru merasakan duduk di kursi bupati demi percepatan pembangunan.

Menurutnya, itu terlalu berlebihan dan tidak ada relevansinya antara belum duduk di kursi bupati dengan kesejahteraan masyarakat.

” Terlebih, dalam video tersebut ada narasi tentang kursi yang dikatakan susah diperoleh. Seharusnya konten semacam itu mempertimbangkan aspek kemanusiaan, ada perasaan yang harus dijaga,” ujarnya dengan tegas.

MSR juga menambahkan bahwa hingga saat ini, mulai dari video “Bupati Melapor 1” sampai “Bupati Melapor 21”, belum ada dampak nyata bagi masyarakat.

“Semua itu masih sebatas konten.Belum ada hasil yang dapat dirasakan oleh publik,” katanya.

Safitra merekomendasikan agar media sosial dimanfaatkan untuk menunjukkan kegiatan yang benar-benar bermanfaat bagi rakyat, seperti kasih bantuan di tempat untuk pembangunan rumah bagi warga kurang mampu, pemeriksaan di area laut yang rawan ledakan bom ikan, atau penertiban tambang pasir ilegal.

“Jika ingin memberikan laporan, sampaikan hasil dan efeknya dengan jelas dan terbuka. Media sosial bukanlah tempat untuk memamerkan pekerjaan yang tidak selalu berdampak. Jika hanya untuk membangun citra, itu sangat dangkal,” tutupnya.

Penulis : Arlan R Ruiba

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *