OtanahaNews.com, Pohuwato-Para penambang Rakyat di Desa Balayo, Kecamatan Patilanggio, berinisiatif melakukan reklamasi lahan dengan menutup kembali lubang galian yang telah selesai dieksploitasi.
Langkah ini bentuk tanggung jawab ekologis yang bertujuan untuk menekan degradasi lingkungan dan mencegah risiko geoteknis yang dapat membahayakan masyarakat sekitar.
Guna menjaga keseimbangan ekosistem serta meminimalkan dampak negatif aktivitas pertambangan, para penambang di Desa Balayo, Kecamatan Patilanggio, berinisiatif melakukan rehabilitasi lahan dengan menutup kembali lubang galian yang telah selesai dieksploitasi.
Inisiatif ini menjadi bentuk tanggung jawab ekologis yang bertujuan untuk menekan degradasi lingkungan dan mencegah risiko geoteknis yang dapat membahayakan masyarakat sekitar.
Para penambang menyadari bahwa praktik pertambangan tidak semata-mata berorientasi pada eksploitasi sumber daya mineral, melainkan juga harus memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan.
Oleh karena itu, mereka berkomitmen untuk menutup kembali lubang-lubang ekskavasi guna menghindari potensi bencana ekologis seperti erosi tanah, sedimentasi sungai, serta perubahan morfologi lahan yang dapat berdampak jangka panjang.
Menurut FH, perwakilan dari komunitas Rakyat Penambang, upaya ini merupakan bagian dari kesadaran kolektif para penambang untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari meskipun aktivitas pertambangan masih berlangsung.
“Kami para penambang bukan hanya mencari nafkah, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan. Jika lubang-lubang ini tidak ditutup, bisa membahayakan warga sekitar dan merusak ekosistem. Oleh karena itu, kami bergotong-royong menutup lubang-lubang bekas galian agar tidak berdampak buruk di masa depan,” ujar FH.
Proses rehabilitasi ini tidaklah sederhana, mengingat memerlukan koordinasi intensif antarpenambang untuk mengangkut kembali material tanah sebagai penutup galian.
Selain aspek teknis, kegiatan ini juga melibatkan pendekatan sosial, di mana para penambang secara kolektif mengedepankan prinsip gotong royong dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Dengan demikian, sinergi ini tidak hanya berdampak pada perbaikan kondisi lingkungan, tetapi juga memperkuat solidaritas komunitas.
Secara ekologis, langkah ini memiliki implikasi signifikan dalam mengembalikan daya dukung lahan. Dengan menutup lubang-lubang tambang secara sistematis dan bertahap, risiko ketidakstabilan tanah dapat diminimalkan, serta vegetasi alami diharapkan dapat kembali tumbuh dalam jangka waktu tertentu.
Selain itu, tindakan ini juga menjadi instrumen edukatif bagi masyarakat sekitar mengenai pentingnya kesadaran ekologis dalam setiap aktivitas eksploitasi sumber daya alam.
FH menambahkan bahwa program ini juga diharapkan bisa mengubah persepsi publik terhadap para rakyat penambang yang sering mendapat stigma negatif.
“Selama ini, rakyat penambang sering dianggap perusak lingkungan. Padahal, kami juga punya kepedulian terhadap alam dan berusaha mencari solusi agar lingkungan tetap terjaga. Kami ingin membuktikan bahwa pertambangan bisa berjalan seiring dengan kelestarian lingkungan,” tegasnya.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran kolektif terhadap pentingnya reklamasi lahan, diharapkan model kerja sama semacam ini dapat menjadi standar praktik pertambangan berkelanjutan.
Hal ini tidak hanya memastikan keseimbangan ekosistem tetap terjaga, tetapi juga membangun paradigma baru bahwa pertambangan dapat berjalan beriringan dengan prinsip kelestarian lingkungan.
Upaya rehabilitasi yang dilakukan oleh para penambang di Desa Balayo ini merupakan refleksi dari tanggung jawab ekologis yang berbasis partisipasi komunitas.
Dengan demikian, keberlanjutan sumber daya alam dapat terus dijaga, sehingga generasi mendatang tetap dapat menikmati lingkungan yang lestari dan produktif.